Rabu, 11 Mei 2016

Scene Punk Kota Jakarta

Scene Punk Kota Jakarta

Salah satu komunitas punk yang cukup terkenal pada era 1990-an adalah Young Offender di Jakarta. Komunitas ini terbentuk pada tanggal 30 september 1992 yang dipelopori oleh Ondy dan Taba. Nama Young Offender diambil dari kaset Punk Disorderly untuk mempresentasikan semangat anak muda yang membangkang. Komunitas ini sendiri terbentuk berdasarkan ketertarikan dengan punk rock dan
keinginan Ondy dan Taba untuk mengorganisirnya menjadi sesuatu yang dapat mereka lakoni. Selain itu, mereka mengalami kesulitan untuk keluar dengan menggunakan atribut punk karena masyarakat melihat mereka dengan aneh. Sering sekali mereka harus menerima ejekan oleh masyarakat. Perkelahian dengan masyarakat awam dan preman kerap terjadi. Dengan membentuk sebuah kelompok merupakan salah satu alternativ untuk melindungi diri sendiri. Dengan resiko besar seperti perkelahian, maka komunitas ini memutuskan untuk menerapkan kaderisasi bagi anak-anak baru yang bergabung dalam kelompok mereka. Kegiatan kelompok ini berpusat di daerah Slamet Riadi, maka mereka dikenal juga sebagai SLAMER. Banyak kegiatan yang mereka lakukan. Misalnya, membuat live band, mendirikan SLAMER Production untuk mengorganisir acara dan melakukan march. March merupakan tradisi komunitas Young Offender yaitu dengan cara melakukan parade keliling Jakarta dengan berjalan kaki atau naik bis. Sebelum melakukan march, mereka bersiap-siap dengan menggunakan dandanan punk mulai dari rambut mohawk, spiky hair, rantai yang dipakai sebagai kalung, peniti sampai dengan sepatu boots. Kegiatan march yang mereka lakukan biasanya berakhir di stasiun Dukuh Atas. Submission merupakan band yang pertama sekali terbentuk pada komunitas Young Offender ini. Band ini didirikan oleh Ondy, Sandi, Feri dan Levi (gitaris band The
Fly). Acara yang pertama sekali dilakukan komunitas ini adalah acara di klub Black Hole, Jakarta. Setelah Submission, di dalam komunitas Young Offender ini terbentuk band-band seperti: Pistol Aer, The Explosion, Sex Pispot, The Pogo, Wonder Gel, dan Punk Tat (band punk yang semua anggota bandnya adalah perempuan).

  
Pada akhir tahun 1992, komunitas Young Offender mengganti tempat acara musik punk ke Hotspot Pub & Café. Acara di tempat ini biasanya berlangsung pada malam Jumat dari pukul 8 malam sampai dengan 1 dini hari yang menghadirkan band-band punk lokal. Pada saat penggantian tempat ke Hotspot Pub & Café inilah komunitas punk lainnya mulai muncul yaitu South Sex yang menjadi salah satu kelompok tongkrongan punkers yang sangat berpengaruh nantinya. Pada akhir tahun 1993, di pelataran stadion mini Lebak Bulus terjadi perkelahian massal antara anggota kelompok punk dengan preman sekitar. Peristiwa ini mengakibatkan acara musik khusus punk yang diadakan oleh komunitas punk menghilang beberapa waktu lamanya. Sebagai gantinya dipilihlah tempat lain sebagai gantinya yaitu Manari, sebuah klub di daerah Gatot Subroto menjadi alternatif tempat
bagi band-band punk bermain musik. Interaksi yang berlangsung diantara sesama punk ini memiliki beberapa ciri khas. Pertama, ada arus pertukaran kaset yang intensif. Fenomena ini dilihat sebagai tape syndicate (sindikasi kaset) dimana proses tukar menukar kaset terjadi diantara individu maupun komunitas. Kedua, melalui kaos-kaos yang mereka kenakan, sehingga seorang individu punk dapat mengidentifikasikan individu punk lainnya. Ketiga, band-band punk masih membawakan lagu-lagu dari band-band luar negeri yang mempengaruhi mereka. Lahirnya komunitas-komunitas punk baik di kota Jakarta maupun di kota-kota lainnya tidak terlepas dari peran sosialisasi beserta media yang terdapat di dalamnya. Salah satu orang yang berpengaruh di komunitas Young Offender yaitu Udet menjalin interaksi langsung dengan komunitas punk di Amerika. Ondy sebagai pencetus berdirinya
komunitas ini mendapatkan koleksi piringan hitam dan CD dari temannya di luar negeri. Selain itu, ada beberapa individu yang pernah ke luar negeri. Mereka mendapatkan sumber-sumber punk seperti literature, kaset, majalah-majalah dan asesoris-asesoris.
Selain kaset atau CD, ada juga majalah skate board yaitu “Trasher” yang di dalamnya memuat iklan-iklan kaset dan kaos-kaos band punk America seperti Black Flag, Minor Threat, Descendant, dan Dead Kennedys. Komunitas-komunitas punk baru bermunculan di Jakarta setelah menghilangnya
dominasi dari Young Offender. Bermunculanlah kelompok tongkrongan punk mulai dari Subnormal, Sid Gank di Jakarta Timur dan Jakarta Utara, Neo Epileptions dan Meruya Barmy Army di daerah Jakarta Selatan, Swlindle Revolution di daerah Ciputat, Miracle di Ciledug, PLN di daerah Blok M. kelompok-kelompok ini melahirkan begitu banyak band-band baru seperti Army Style, RGB, 142 Chaos, Pinocio, Kremlin, Sunquist, Error Crew, Out of Control, Spatistik, Sexy Pigs, Khaos Khaki dan masih banyak lagi.
Hadirnya begitu banyak komunitas-komunitas punk yang baru merupakan era lahirnya gank-gank di tengah-tengah komunitas punk. Individu-individu yang berasal dari daerah yang sama memiliki rute perjalanan pergi dan pulang menuju ke tempat acara yang sama sehingga hal ini mendorong individu-individu tersebut untuk saling kenal dan mempersatukan mereka. Namun, salah satu dampak negative dari terbentuknya gank gank ini adalah sering terjadinya perkelahian. Perkelahian ini terjadi di setiap acara musik punk akibat adanya masalah-masalah interaksi dan kesalahpahaman yang memicu
terjadinya konflik. 

Sumber :
http://www.jakartabeat.net/musik/151-sejarah-komunitas-punk-jakarta-bagian-2.html  http://www.jakartabeat.net/musik/151-sejarah-komunitas-punk-jakarta-bagian-2.html   http://www.jakartabeat.net/musik/151-sejarah-komunitas-punk-jakarta-bagian-2.html
http://www.jakartabeat.net/musik/151-sejarah-komunitas-punk-jakarta-bagian-2.html  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar