Pada kota Bandung ini juga terdapat adanya fanzine, mulai dari fanzine Revograms yang merupakan fanzine pertama sekali hadir di kota Bandung, kemudian disusul dengan hadirnya fanzine indie seperti Swirl, Tiga Belas, Membakar Batas. Sedangkan untuk majalah muncullah Ripple dan Trolley yang cenderung membahas kecenderungan subkultur Bandung dan juga lifestylenya. Pada masa inilah lahir acara-acara musik seperti Bandung Underground yang diorganisir oleh komunitas Muda-Mudi Margahayu, Gorong-Gorong Bandung yang diorganisir oleh komunitas Punk Bandung (biasa disebut dengan komunitas Punk PI), Campur Aduk, dan lain-lain. Namun pada masa ini pulalah situasi politik dan ekonomi Indonesia mengalami guncangan. Masa peralihan kekuasaan dan tragedi krisis moneter.berdampak sangat besar terhadap perkembangan punk dan underground. Demonstrasi besar-besaran kerap terjadi di seluruh kota besar di Indonesia. Daya beli masyarakat
secara keseluruhan mulai menurun dikarenakan harga-harga kebutuhan pokok
melambung tinggi. Hingga pola konsumsi masyarakat pada masa itu berubah dengan cara
mengurangi hal-hal yang dirasa tidak terlampau penting. Acara-acara yang biasanya
ramai oleh penonton lambat laun menjadi sepi. Beberapa organizer yang berasal dari
komunitas independent mulai menarik diri untuk membuat event musik underground.
Disamping tidak mau mengalami kerugian secara finansial, juga disebabkan kendala
perijinan yang semakin represif terhadap hal-hal yang sifatnya mengumpulkan massa
dalam jumlah banyak. Pada akhirnya banyak dari komunitas punk maupun underground
yang ikut bersama beberapa organisasi buruh dan tani serta mahasiswa yang secara aktif
menggelar aksi-aksi demonstrasi menuntut perubahan di segala bidang. Ini menjadi cikal
bakal masuknya komunitas punk dan underground dalam kancah politik dan cikal bakal lahirnya anarcho punk di Indonesia.
Sumber : http://www.deathrockstar.tk/ http://www.jakartabeat.net/musik/151-sejarah-komunitas-punk-jakarta-bagian-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar