Jumat, 03 Juni 2016

SEJARAH PRINGAN HITAM (VINYL)

Sejarah dan Proses Pembuatan Piringan Hitam (Vinyl)


Sejarah Dan Perkembangan Piringan Hitam
Pada tahun 1930, RCA Victor meluncurkan komersial vinil. catatan long-playing pertama, dipasarkan sebagai "Program Transkripsi" cakram. Cakram ini revolusioner yang dirancang untuk pemutaran di 33 ⅓ rpm dan ditekan pada 12" diameter disc plastik fleksibel. Dalam buku Roland Gelatt ini “The Fabulous phonograph”, penulis mencatat bahwa pengenalan awal RCA Victor disc long-play adalah kegagalan komersial untuk beberapa alasan seperti kurang terjangkau, peralatan pemutaran konsumen yang handal dan kewaspadaan konsumen selama depresi besar.
Dimulai pada tahun 1939, Columbia Records melanjutkan pengembangan teknologi ini. Dr Peter Goldmark dan stafnya melakukan usaha maksimal untuk mengatasi masalah merekam dan memutar ulang alur sempit dan mengembangkan murah, sistem pemutaran konsumen yang dapat diandalkan. 
Pada tahun 1948 piringan hitam mulai dikenal. Ada tiga ukuran piringan hitam dalam hitungan rpm (rotation per minute) yaitu 78, 45, 33 1/3. Piringan hitam 78 dan 45 untuk plat berdiameter 25 cm, sedangkan 33 1/3 untuk plat berdiameter 30 cm. 78, 45, 33 1/3 rpm maksudnya adalah, setiap satu menit piringan hitam itu berputar sebanyak angka yang menjadi ukurannya (78, 45, 33 1/3). Semakin besar diameter platnya, semakin kecil ukuran untuk memutarnya.
Belakangan kecepatan 78 mulai tidak digunakan lagi pada produksi piringan hitam ini sejak sekitar tahun 60an dan hanya kecepatan 45 dan 33 1/3 saja yang masih digunakan untuk memutarnya. Plat berukuran 30 cm dengan kecepatan 33 1/3 yang biasa disebut Long Play (disingkat LP), plat ukuran sedang 25 cm juga dengan kecepatan 33 1/3 masih termasuk Long Play tapi biasanya berisi 4 buah lagu di tiap sisinya, plat ukuran 18 cm dengan kecepatan 45 atau 33 1/3 juga, berisi 1 buah lagu di tiap sisinya disebut Single Player dan yang berisi 2 buah lagu di tiap sisinya disebut Extended Player.
Para musisi pada tahun 1950-1970an pun banyak yang merekam lagu-lagu mereka ke dalam piringan hitam. Namun biasanya mereka hanya merekam single saja kedalam piringan hitam yang berukuran 78 atau 45. Jadi kebanyakan hanya terdapat dua lagu, masing-masing satu lagu di side A dan side B. Hal itu dikarenakan pada masa itu biaya untuk merekam lagu terbilang mahal, lagipula seorang penyanyi atau sebuah grup musik biasanya hanya mempunyai satu atau dua lagu yang terkenal, maka dari itu mereka lebih memilih membuat single. Jadi kalaupun mereka membuat album, album hanya bisa direkam di piringan hitam berukuran 33 1/3, biasanya sisa lagu yang lain yang selain single hanya filler.
Di Indonesia sendiri, piringan hitam mulai digunakan sebagai alat perekam sekitar tahun 1957. Pada masa itu di Indonesia, piringan hitam termasuk mahal, ditambah lagi dengan alat pemutarnya, jadi tidak semua orang di Indonesia memilikinya. Itulah salah satu faktor yang menyebabkan piringan hitam kurang terkenal di Indonesia.

Pembuatan Piringan Hitam
LANGKAH 1. CREATING MASTER DISC 


Pertama-tama master disk harus dibuat dari disk melingkar datar, terbuat dari aluminium yang telah diampelas dan dipoles halus, tahap ini memberikan inti dari master disk. 


Berikutnya disk dijalankan melalui mesin yang terdapat veneer lacquer, diamkan sampai mengering agar permukaan halus sempurna. Hal ini penting pada tahap ini, disc dipernis mengurangi ketidaksempurnaan seperti lubang, benjolan atau kotoran, dan setiap cakram yang tidak sempurna ditolak dan didaur ulang. Cakram induk ini sekarang menekan seluruh bagian di tengah dengan pons hidrolik, dikemas, dan kemudian siap untuk tahap berikutnya di studio mastering.
 


 LANGKAH 2: CUTTING THE MASTER DISK
Insinyur menempatkan master disk pada mesin bubut. Sebuah garis vakum ditempatkan pada pusat dari disk. Insinyur itu sekarang menggerakan cutter dan mikroskop di atas disk,


cutter diturunkan, dan pemotongan tes dilakukan. Mikroskop kemudian digunakan untuk memeriksa alur tes dan penyesuaian yang dianggap perlu dilakukan untuk dipotong. Setelah memotong alur terkemuka, sinyal audio dimulai dan safir tip cutter mengubah suara ke dalam permukaan disk. 
 
Dari awal sampai akhir perekaman akan menjadi salah satu alur terus menerus sementara komputer memantau pemotongan dan menyesuaikan jarak antara alur sesuai kebutuhan. Pada akhir proses perekaman Lift cutter dan disk diperiksa, jika diterima maka diberi tulisan di akhir alur dan siap untuk tahap berikutnya.

 

LANGKAH 3. CREATING THE VINYL STAMPER 
Master disc dicuci dengan sabun dan air dan kemudian disemprot dengan timah klorida cair dan perak cair, timah klorida adalah sensitizer yang membantu perak menempel lacquer.
  

Satu sisi disk sekarang sempurna dilapisi perak. disk dicelupkan dalam bak bermuatan listrik nikel.
 
Selanjutnya lapisan logam akan lepas dari pernis disk yang asli, ini sekarang disebut stamper dan akan digunakan untuk menekan piringan hitam. Stamper ditempatkan pada mesin yang pukulan keseluruhan tepat di tengah dan tepi dari disk dipangkas sempurna dengan diameter 12".
 

 

LANGKAH 4: CREATING THE FINISHED VINYL RECORD
Pelet polyvinylchloride hitam ditempatkan dalam extruder yang mengubah mereka menjadi kecil 'biskuit' dimana label rekaman ditempatkan di kedua sisi. Biskuit tersebut kemudian ditempatkan dalam sebuah alat tekan (press) yang memiliki dua stampers dipasang di dalamnya (satu untuk setiap sisi catatan). Press berlaku 100 ton tekanan pada 190 ° Celsius.   

 Ke kedua sisi biskuit yang mencair dan cetakan itu ke dalam catatan vinyl yang didinginkan dan dipangkas. Dan jadilah vilyn (piringan hitam)




  


TEKNIK PEREKAMAN PIRINGAN HITAM
Prinsip yang digunakan adalah bahwa gelombang suara dapat menyebabkan sebuah diafragma yang membawa sebuah jarum, untuk menggores jalur berbentuk gelombang dalam bahan lunak.
Pada teknik rekaman yang paling tua, piringan tergores secara sederhana dengan cara berbicara ke dalam sebuah diafragma yang terpasang pada sebuah jarum yang menggores jalur dalam tabung lilin berputar. Sejak saat itu menjadi sejarah perekaman dan sampai sekarang cara dan prinsipnya tetap sama, yaitu menggunakan gelombang suara untuk menyebabkan jalur tergores dalam bentuk gelombang suara pada bahan yang termasuk lunak, dan dapat diproduksi dalam bentuk piringan dalam jumlah besar dengan cetakan.
Pada masa sekarang, cara perekaman piringan hitam merupakan suatu gabungan yang sangat rumit dari teknik-teknik listrik dan mekanik. Suara dari sejumlah mikropon digabungkan, dipadukan dan direkam pada pita magnetis. Selanjutnya pita magnetis dimainkan kembali, dan setelah penguatan, gelombang listrik terakhir digunakan untuk menjalankan perangkat penggores dari sebuah alat bubut perekam. Ini terdiri dari sebuah pesawat putar piringan hitam yang sangat rumit dengan konstruksi yang baik, dan penggores yang terdiri dari sebuah pena (stylus) yang dijalankan oleh getaran elektromagnetis yang serupa dengan mekanisme pengeras suara yang dijalankan oleh gelombang listrik dari penguat.
Sesuai dengan namanya, perangkat perekaman (penggores) digerakkan secara teratur melintasi piringan oleh sebuah mekanisme pesawat jalur-ulir yang hampir serupa dengan pesawat penggores ulir yang digunakan dalam sebuah rancangan alat bubut. Apabila tidak ada isyarat listrik, gerakan ulir menjamin penggoresan jalur spiral, dimulai dari pinggiran piringan dan berakhir dekat pusat dan memakan waktu kira-kira 20 – 30 menit untuk satu goresan yang sempurna dalam “Long-play” yang paling modern. Bila perangkat penggores digerakkan oleh isyarat listrik, pena akan bergetar dari sisi ke sisi, dalam gerakan yang rumit, sehingga jalur tergores dalam bentuk gelombang. Hal tersebut ditunjukkan sebagai jalur yang dimodulasi seperti gambar di bawah ini :



Sumber : http://dinamarlia.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-dan-proses-pembuatan-piringan.html